Skip to main content

Gula Dan Garam Sebagai Pengawet Alami Makanan

Halo semuanya, bagaimana kabarnya, semoga kalian semua dalam keadaan sehat yah, dan tetap menjaga protokol kesehatan, agar pandemi ini segera berakhir dan kita bisa hidup normal kembali. Pada edisi kali ini saya akan membahas sisi lain kegunaan dari gula dan garam, yaitu sebagai pengawet alami. 

Tanpa menunggu lama, mari kita mulaiii.... 

Teman-teman pasti sudah sangat mengenal gula dan garam, bahan yang selalu tersedia didapur. Kedua bahan ini, rata-rata banyak digunakan untuk meningkatkan rasa dari suatu makanan, seperti rasa manis, asin, dan gurih. Namun disisi lain, gula dan garam bisa dijadikan sebagai pengawet alami loh..

Hayoo, ada yang tau kenapa bisa di jadikan sebagai pengawet alami?

Jadi, gula dan garam ini memiliki sifat higroskopis yaitu dapat menyerap air yang berada diudara bebas atau disekitarnya, sehingga ketika teman-teman memiliki gula dan garam yang tidak disimpan diwadah kedap udara atau tertutup, akan menyebabkan gula dan garam tersebut mengalami penggumpalan. 

Kemudian, fungsinya dalam pengawetan makanan adalah kedua bahan tersebut dapat mengikat air bebas (activity water) yang terdapat pada suatu makanan, sehingga organisme perusak makanan seperti bakteri, khamir dan kapang tidak bisa tumbuh. Mikoorganisme tersebut memanfaatkan air bebas (air yang tidak terikat pada suatu zat atau komponen makanan) untuk meningkatkan kelembaban sehingga media pertumbuhan mikroorganisme terpenuhi. Kadar air bebas pada setiap mikroorganisme berbeda-beda. Pada kapang kadar aw yang diperlukan (>0,7), sedangkan pada khamir (>0,8) dan pada bakteri (0,9). 

Produk yang menggunakan pengawetan ini dapat kita temui pada produk: carica papaya, manisan atau asinan buah dan sayur, sirup, permen, dried fruit dll. Pengawetan gula dan garam secara keseluruhan dapat memperpanjang umur simpan namun tetap harus menambahkan teknik pengawetan yang lainnya seperti pemanasan, pendinginan, penambahan bakteri baik, pengaturan ph, agar produk yang diawetkan dapat bertahan lebih lama dan juga memiliki kualitas rasa yang dapat di terima konsumen. 


 

    

Comments

Popular posts from this blog

Micin Antara Candu atau Racun !?

Hampir semua orang pasti mengenal bahan penyedap ini dan menjadi suatu solusi dalam menghasilkan makanan yang nikmat dengan bumbu yang seadanya. Bahkan membuat kita candu, sehingga setiap kali  memasak wajib ada bahan tersebut. Tingkat konsumsinya yang tinggi menimbulkan sebuah pertanyaan, apakah micin aman dikonsumsi setiap hari, berapa sih jumlah maksimal konsumsinya ?  Micin atau MSG (monosodium glutamat) di hasilkan dari ampas tetes tebu melalui proses fermentasi bakteri dengan penambahan NaOH. Hasil akhirnya berupa asam glutamat 78%, natrium 12% dan air 10%. Asam glutamat inilah yang memberikan rasa umami atau gurih pada makanan setiap kali kita menambahkannya.  Kasus keracunan micin pertama kali dilaporkan oleh new england journal medicine 1968 , dijelaskan bahwa beberapa konsumen mengalami chinese restaurant syndrome dengan keluhan kesehatan seperti sakit kepala, sakit tenggorokan, mual dan muntah setelah mengkonsumsi makanan di restaurant cina. Setelah di teliti ...

Implementasi TACCP/food defense di industri pangan

Pada edisi sebelumnya kita telah "Mengenal Food Defense System (base on FSSC v 5.1)". Selanjutnya kita akan belajar bagaimana food defense ini diterapkan dengan  metode TACCP. Secara mendasar TACCP harus bisa menjawab pertanyaan, seperti: 1. Siapa yang mungkin menyerang kita?  2. Bagaimana mereka melakukannya ? 3. Dimana posisi kerentanan? 4. Bagaimana cara pengendaliannya?  Dari hasil konsep dasar pertanyaan tersebut, maka diperoleh sektor mana saja yang perlu menjadi perhatian terhadap potensi ancaman serangan , diantaranya: 1. Data perusahaan. 2. Organisasi perusahaan  3. Karyawan dan pengunjung perusahaan. 4. Penerimaan bahan baku. 5. Fasilitas operasional. 6. Penyimpanan dan pengiriman produk. Dalam menilai ancaman dan pengendalian dari sektor tersebut,  maka sesuai prosedur FSSC v. 5.1 dilakukanlah tahap-tahap berikut 1. Membentuk tim TACCP: tim dibentuk dari orang orang profesional dibidangnya atau disetiap divisinya. Tim harus terpisah atau berbeda dari ...

Tips Memahami Acceptable Daily Intake Bahan Tambahan Pangan

Memproduksi suatu makanan/minuman diperlukan bahan tambahan pangan (BTP) untuk mempengaruhi, memperbaiki dan menyesuaikan sifat sensori sesuai dengan keinginan produsen. Pada penerapannya, penggunaan BTP diatur oleh BPOM (badan pengawas obat dan makanan) nomor 11 tahun 2019 tentang bahan tambahan pangan. Peraturan tersebut berisikan tentang BTP yang digunakan, batas maksimal penggunaan dan   acceptable daily intake  (ADI). Acceptable daily intake  (ADI) merupakan jumlah maksimal BTP dalam miligram/kilogram berat badan (BB) yang dapat dikonsumsi dalam satu hari selama tidak menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan. Kita sebagai konsumen harus mengetahui dan mengerti batas maksimal asupan harian BTP agar  terhindar dari penyakit seperti pusing, gangguan pencernaan, hepatitis, diabetes, kanker, kelainan genetik dll.  Acceptable daily intake  (ADI) BTP dapat dihitung dengan mengetahui ADI BTP yang tertera pada peraturan BPOM dengan BTP yang digunakan pada prod...