Halo semua, bagaimana kabarnya? semoga kalian semua dalam keadaan sehat yah, dan tetap menjaga protokol kesehatan loh.. Yups, edisi kali ini kita akan membahas tentang "kekuatan Indonesia dibidang energi terbarukan".
Selamat membaca....
Melalui kesepakatan Renewable Energy Directive, negara uni eropa berkomitmen menggunakan bahan bakar nabati (biodisel) untuk mengurangi emisi karbon. Sejak tahun 2003-2020 dalam roadmapnya mereka menargetkan penggunaan bahan bakar nabati sebesar 20%-30% dari total bahan bakar yang digunakan. Namun, produksi minyak nabati uni eropa belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga perlu adanya impor minyak nabati, salah satunya dari Indonesia.
Minyak nabati yang di ekspor Indonesia ke uni eropa berupa CPO (crude palm oil) yang berasal dari minyak kelapa sawit. Tahun 2019, Indonesia memiliki lahan sawit sebesar 11,8 juta hektar atau kurang dari 3,2 juta hektar agar mampu memenuhi produksi bahan bakar minyak nabati (biodisel) sebesar 1 juta barel. Ekspor BBN-CPO ke uni eropa semakin membaik sejak disepakati Renewable Energy Directive oleh negara uni eropa tahun 2003, sehingga Indonesia dapat memberikan kontribusi sebesar 31% dari total kebutuhan minyak nabati di uni eropa .
Impor ini ternyata memberikan dampak negatif bagi indsutri mereka terhadap daya saing, khusunya di industi yang sama, sehingga memunculkan berbagai macam tudingan, mulai dari penjualan bersubsidi, deforestasi dan polusi efek rumah kaca pabrik pengolahan.
Ketegangan terjadi di tahun 2016, adanya amandemen Renewable Energy Directive, dimana pelarang penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan bakar nabati (biodisel) karena memiliki resiko tinggi terhadap perubahan lahan secara tidak langsung. Setelah itu, pada tahun 2019 uni eropa memberikan bea masuk sebesar 8-18% atas produk-produk biodisel dari Indonesia, karena menuding pemerintah Indonesia melakukan praktik subsidi sehingga produk yang dibeli jauh lebih murah dan merusak nilai harga minyak nabati di pasar uni eropa.
Tantangan negara berkembang khususnya Indonesia untuk bisa eksis di pasar dagang internasional sangat lah berat, terlebih banyaknya tudingan dan hal buruk yang terus di gencarkan oleh para kompetitornya. Pengembangan minyak sawit menjadi produk biodisel 10-30% diharapkan mampu memberikan harga tinggi dan membidik pasar internasional lainnya seperti india, china dll sehingga ketergantungan akan pasar uni eropa bisa dikendalikan.
Comments
Post a Comment